Di setiap tingkatan perkumpulan manusia, entah itu berupa kelas sekolah, RT, desa, atau apapun, selalu ada kelompok manusia yang tidak diperhitungkan secara serius dalam tingkatan tersebut. Mereka hanya dianggap sebagai angin lalu yang tidak punya arti efektif dalam tingatan tersebut. Dalam konteks kehidupan bernegara, maka orang-orang tersebut adalah orang-orang pinggiran yang pendidikan formalnya tidak memadai, tidak punya arti penting dalam konteks negara.
Namun demikian, perlu juga diketahui bahwa keberadaan mereka yang tidak diperhitungkan itu tetap mempunyai arti. Mereka, tanpa perlu dikomando, sering melakukan diskusi-diskusi serius membahas permasalahan di tingkatan mereka. Pendapat-pendapat terpendam mereka utarakan di situ, yang kemudian sering sekali tak tersampaikan ke pihak yang dituju. Bukan karena apa, mungkin saja takut, atau mungkin jika sudah disampaikan tidak digubris.
Tapi tak apalah... toh mereka sudah peduli.
Ini tadi baru saja terjadi diskusi penting, diskusi membahas permasalahan negara (kecil) agar bisa terselamatkan.
*Mbambung dalam judul ini hanya kiasan, berarti orang yang tersisih, orang yang tidak diperhitungkan. Bukan dalam arti yang sebenarnya.
*Mbambung dalam judul ini hanya kiasan, berarti orang yang tersisih, orang yang tidak diperhitungkan. Bukan dalam arti yang sebenarnya.
0 komentar:
Posting Komentar