Dalam bulan Mei 2016 ini, setidaknya saya mendapatkan empat batu loncatan--biasanya orang-orang menyebutnya sebagai kegagalan.
Pertama, Esai Excellent
Ajang Excellent (Extraordinary Psychology National Moslem Competition) ini diadakan oleh Jurusan Psikologi Undip. Esai yang dilombakan dalam ajang ini bertema "Ramadhan for Positive Soul", dan saya mengirim sebuah esai dengan judul yang sangat panjang: Puasa Ramadhan, Medan Latihan Membentuk Jiwa Positif Untuk Melawan Pragmatisme Dunia.
Dalam ingatan saya, kira-kira saya membuatnya dalam rentang waktu satu bulan. Tentu saja bukan satu bulan full saya nulis esai 6 halaman itu, tetapi satu bulan itu merupakan rentang part-time saya dalam penulisan awal, stuck, pencarian ide, revisi, males-malesan, revisi, sampai saya mengirim naskah esai tersebut.
Setelah pengumuman juara, esai saya tidak termasuk di dalamnya--saya dapat batu loncatan.
Setelah pengumuman juara, esai saya tidak termasuk di dalamnya--saya dapat batu loncatan.
Kedua, Esai Festival Sastra UGM
Kompetisi esai ini bertemakan "Budaya, Sastra, Bahasa". Lomba esai ini saya ikuti karena satu hal: pesertanya sedikit--saya mengetahuinya dari teman saya yang sebulan sebelum deadline esai memperlihatkan jumlah peserta lomba. Esai baru diikuti 3 orang. Kesempatan bagus, pikir saya.
Kendati demikian, selang waktu sebulan itu tidak sedikitpun saya gunakan untuk membuat esai. Baru sehari sebelum deadline, saya membuatnya--pantas saja kalah. Esai yang saya buat berjudul "Bias Budaya Bahasa Sastra di Seloroh Zaman Gadget".
Setelah melihat juara kompetisi esai tersebut, ternyata semuanya bukan peserta yang dulu pernah saya lihat (pas masih 3 orang). Itu artinya, sebulan sebelum deadline itu memang belum banyak yang mengirim naskah, baru setelah mendekati deadline banyak peserta yang mengirim naskah esai.
Setelah pengumuman juara, esai saya tidak termasuk di dalamnya--saya dapat batu loncatan lagi.
Ketiga, Cerpen "Kisah-Kisah Kota Lama Semarang"
Kompetisi cerpen ini diselenggarakan oleh Forum Wartawan Balai Kota (Forwakot) Semarang, Hyteria, dan Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L). Sebagaimana judul kompetisinya, kompetisi cerpen ini mengharuskan peserta membuat tema dan latar ceritanya tentang Kawasan Kota Lama Semarang.
Dalam pembuatan cerpen ini, saya membutuhkan waktu selama hampir 2 bulan--tentunya dengan rincian seperti pada pembuatan esai Excellent awal tadi. Khusus untuk cerpen ini, saya juga melakukan survei lokasi ke Kota Lama, agar cerpen saya bisa semakin hidup.
Setelah melewati beberapa proses revisi, akhirnya saya mengirimkan naskah cerpen saya yang berjudul "Rendezvous Ayam Semut Kota Lama" mendekati deadline pengumpulan naskah.
Setelah pengumuman juara, cerpen saya lagi-lagi tidak termasuk di dalamnya--saya dapat batu loncatan yang ketiga. Tentunya bukan hal yang aneh kalau saya kalah dalam ajang cerpen ini, karena dalam tahap akhir pengumpulan naskah, terdapat sebanyak 505 naskah cerpen yang masuk ke panitia, dan banyak di antara 505 cerpen itu yang ditulis oleh cerpenis profesional.
Keempat, ONMIPA-PT Bidang Fisika
Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi (ONMIPA-PT) merupakan sebuah ajang olimpiade seluruh mahasiswa di Indonesia dalam hal kemampuan teoritis dalam bidang ilmu MIPA.
Kebetulan saya lolos seleksi tingkat Universitas, lalu seleksi wilayah Kopertis 6 (yang ini saya benar-benar nggak nyangka--saya tidak bisa mengerjakan soal tapi malah lolos seleksi). Selanjutnya saya mewakili Kopertis 6 untuk maju di ONMIPA nasional dalam bidang Fisika.
Selama selang pengumuman lolos nasional dan waktu perlombaan saya tidak banyak persiapan--lebih banyak malas-malasan.
So, pantas saja kalau pada akhirnya saya tidak bisa mendapatkan juara dalam ajang ini.
Ketika hendak pengumuman juara ONMIPA, saya sudah memikirkan skenario paling bejo (beruntung) untuk saya. Saya hitung jumlah peserta bidang Fisika dari ITB, UI dan UGM, ternyata total delegasi dari ketiga univ tersebut ada 19 orang. Sementara itu, kebetulan jumlah juaranya ada 20. Kesimpulannya, masih ada kemungkinan kalau saya bisa dapet juara ke 20 (dari 64 orang) hehe..
Tapi... ternyata eh ternyata. Ketika disebutkan juara dari urutan ke 20 sampai 16 (honorable mention) nama saya tidak ada. Ditambah lagi disebutkan pula salah satu juara dari univ selain ITB-UI-UGM, ya sudah berarti saya tidak bisa dapat juara dalam ajang ini--kesimpulan saya sebelum pengumuman juara berakhir, yang ternyata benar. Itulah batu lompatan keempat saya.
>>>
Keempat batu tersebut membutikan kalau kemampuan saya ternyata masih jauh dari standar--padahal saya mengiranya sudah baik. So, baiklah, ternyata masih banyak yang harus diperbaiki, dan sekarang saatnya melompat lebih tinggi dengan empat batu loncatan itu.
0 komentar:
Posting Komentar