Selasa, 03 November 2015

UTS Nonsen

“Sebenarnya UTS diadakan untuk apa?”
Sebuah pertanyaan sepele yang kemudian membingungkan untuk dijawab.
Menurut saya pribadi, UTS (Ujian Tengah Semester) atau ujian sejenisnya diadakan dalam rangka mengevaluasi tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar dalam periode waktu tertentu. Maka dari itu, idealnya, ketika UTS hendak dilakukan sudah tidak ada lagi proses belajar yang perlu dilakukan agar hasil nyata dari proses belajar-mengajar dapat diketahui dengan benar. Dengan kata lain, saya mengatakan bahwa proses belajar harusnya dilakukan selama waktu pembelajaran jauh sebelum UTS, bukan waktu-waktu menjelang UTS.
Namun kenyataan berkata lain. Kebanyakan orang justru menjadikan waktu pembelajaran untuk bersantai-santai, dan menjelang UTS akan dilaksanakan semua berbondong-bondong membaca buku, meminjam catatan, fotokopi soal, dan belajar (hanya) sehari sebelum UTS dilaksanakan.
Hasilnya apa? Bukannya mengetahui hasil pembelajaran, guru (atau dosen) hanya mendapat corat-coret di lembar jawaban yang menggambarkan seberapa baik seseorang menghafal materi sehari sebelum ujian. Setelah ujian, apa yang terjadi? Lupakan. Tidak ada evaluasi dan tidak ada perbaikan diri.
Apa hasil pembelajaran selama masa belajar-mengajar? Satu dua mungkin membekas (sedikit), tapi sisanya? Tidak ada. Ini yang patut dikhawatirkan, ketika yang terjadi hanya proses studying (itupun tidak maksimal), dan tidak ada sedikitpun learning.
Ayolah... Pikirkan kembali esensinya. Bukannya saya ini sok benar dan sok idealis (terlepas dari fakta bahwa saya memang berusaha idealis), pikirkan kembali esensi dari semua proses ini.



***

Saya sendiri berusaha untuk sebisa mungkin tidak mempelajari materi ujian di waktu-waktu menjelang ujian (kalau sekedar review iya). Ujian merupakan ajang evaluasi, dan saya ingin tahu kualitas keilmuan saya yang sebenarnya, untuk kemudian saya perbaiki dan terus saya tingkatkan.
Sedikit cerita saja, hari ini tadi UTS Kimia Dasar secara mengejutkan soalnya persis sama dengan soal yang di-share teman saya di grup Line sehari sebelumnya, soal dari jurusan lain. Nah, saya memang tidak tertarik untuk memperhatikan soal itu, walau kemudian banyak yang mengirim gambarnya ke saya.
Ketika saya tahu bahwa sekilas soal itu sama, apa saya menyesal? Menyesal karena tidak mengerjakan soal itu terlebih dahulu? Tidak kok, sama sekali tidak. Saya ingin hasil UTS menggambarkan dengan sebenar-benarnya apa yang saya pahami selama proses belajar, bukan menggambarkan seberapa baik saya mengerjakan soal itu di malam sebelumnya. Bagaimana hasilnya? Kalian tahu lah… hehe.

2 komentar:

  1. iya nih saya kalo setelah UTS bawaannya pengennya libuur aja, jadi males.

    BalasHapus
  2. kak boleh minta soal soal uts fisdas matdas dan lain lain, saya junior kakak 2016. makasih ka sebelumnya. ini email saya emmanueldave7@gmail.com

    BalasHapus