Jumat, 30 Oktober 2015

Tembalang Hujan (Lagi)


Sore ini saya kembali melihat hujan, setelah lama tidak pernah melihatnya. Berdasarkan catatan saya (di blog ini), hujan pertama yang saya lihat di Tembalang terjadi pada tanggal 11 September 2015, itu 49 hari yang lalu. Hmm.. cukup lama ternyata.
Pola hujan yang terjadi hampir sama, kecuali beberapa hal. Hujan pertama terjadi setelah maghrib, hujan kedua ini terjadi sebelumnya. Hujan kali ini turun relatif lebih lama dibanding yang pertama, walaupun sebenarnya ya sama saja, sama-sama cuma sebentar.
Tapi tak apalah, hujan sebentar ini bisa memeberi nuansa dan ketenangan baru setelah seharian menjalani panasnya Tembalang. 

Sebenarnya bukan hujannya yang memberi saya nuansa baru, tapi aromanya, dan ini yang lebih saya suka. Kalian tahu, kan, bagaimana aroma ketika hujan pertama kali turun? Iya, aroma tanah yang begitu lembut. Aroma yang begitu menenangkan. Ingin rasanya berlama-lama menghirup aromanya.

***





Eh, sebentar. Sebenarnya istilah hujan di sini tidak tepat. Kenapa? Tentu saja karena tetesan-tetesan air yang jatuh dari langit hanya sedikit. Bukannya hujan, tetesan air ini lebih tepat disebut gerimis
Ya sudah, harusnya saya ganti judulnya dengan gerimis Tembalang. Tapi tak usah lah..

Berkarya dengan LaTex

Salah satu hal yang paling saya sesali ketika menggunakan Linux sebagai sistem operasi komputer saya adalah ketika saya menyadari bahwa di Linux tidak ada fitur semacam equation (di Microsoft Word) yang biasa saya gunakan untuk menulis persamaan matematik.
Di Linux memang ada WPS Office yang mempunyai tampilan persis seperti Microsoft Office, tapi ternyata ia belum dilengkapi dengan fitur equation tersebut. Di Linux juga ada Libre Office, yang punya fitur semacam equation, tapi font-nya kurang cantik dan cara penggunaannya rumit.
Writer Office



Libre Office

Saat saya sangat butuh untuk menulis persamaan matematik, tapi ternyata Linux belum mendukung dengan baik, saya frustasi. Ingin kembali ke Windows.
Sampai akhirnya saya menemui bahwa Libre Office dapat ditambahi dengan fitur LaTex, yang dapat digunakan untuk membuat persamaan matematik dengan cantik.




Pertama kali menggunakan LaTex, saya cukup kesulitan. Ada banyak hal baru yang membuat saya bingung, karena LaTex menggunakan sistem semacam kode bahasa pemrograman untuk membuat persamaan matematis. Jika di equation Microsoft Office saya hanya perlu menulis 1/2 untuk menulis bentuk pecahan satu per dua, di LaTex Libre Office saya harus menulis \frac{1}{2}. Rumit? Ya iyalah! 
Namun setelah sering menggunakannya, saya pun terbiasa, dan mulai menyukainya. Ada satu hal menarik dari LaTex yang membuat saya betah bersamanya. Apa? Fontnya cantik sekali! Punya nilai seni lebih daripada equation Microsoft Word.
Saya pun telah menulis (sedikit) karya dengan bantuan LaTex ini, seperti yang telah saya unggah di pos sebelum-sebelumnya:
Berkarya dengan LaTex juga memberi saya nilai lebih. Karena tidak (belum) banyak orang yang bisa menggunakan LaTex. Hihihi.

Kamis, 29 Oktober 2015

Pembahasan Soal Matematika Nomer 3 UTS Ganjil Fisika Undip 2015

Soal nomer 3 ini membahas mengenai fungsi, mulai daerah asal, kekontinuan, dan grafiknya. 
Di bawah ini soal dan pembahasannya.
c. Gambarkan grafik fungsi tersebut

 
Semoga saja pembahasan di atas dapat memahamkan. Kalau masih ada yang belum jelas bisa ditanyakan lewat kolom komentar atau bisa langsung bertemu saya. Terima kasih.

Pembahasan Soal Matematika Nomer 2 UTS Ganjil Fisika Undip 2015

Soal nomer 2 ini membahas mengenai konsep bilangan kompleks z, yang dinyatakan sebagai x + i y, dengan lambang i menunjukkan bilangan imajiner.
Di bawah ini soal dan pembahasannya.
Semoga saja pembahasan di atas dapat memahamkan. Kalau masih ada yang belum jelas bisa ditanyakan lewat kolom komentar atau bisa langsung bertemu saya. Terima kasih. :)

Pembahasan Soal Matematika Nomer 4 UTS Ganjil Fisika Undip Tahun 2015

Soal nomer 4 ini mengevaluasi konsep tentang turunan. Di bawah ini soal dan pembahasannya. 
Semoga saja pembahasan di atas dapat memahamkan. Kalau masih ada yang belum jelas bisa ditanyakan lewat kolom komentar atau bisa langsung bertemu saya. Terima kasih.

Minggu, 25 Oktober 2015

Bilangan Desimal Berulang: Berapa Angka Yang Dimaksud Salsabila?

Bentuk desimal berulang termasuk dalam kategori bilangan rasional, karena pada dasarnya ia adalah bentuk lain dari bentuk pecahan bilangan bulat dengan bilangan bulat lainnya. Contohnya 0,33333333333... adalah bentuk lain dari 1/3.
Untuk kasus angka 0,33333333... kita cukup tahu untuk kemudian menyebutnya sebagai 1/3, tetapi bagaimana dengan 0,123123123123... ?
Untuk menyelesaikannya, perhatikan Salsabila pada contoh berikut:

Bagaimana, sudah jelas kan?
Kalau masih belum jelas bisa disampaikan di kolom komentar.. Terima kasih

Sabtu, 24 Oktober 2015

Efektivitas Belajar Bersama


 
Sebagai seorang mahasiswa, sudah sewajarnya jika hari-hari kita selalu diisi dengan kegiatan yang berhubungan dengan tugas kuliah dari dosen. Mengenai hal ini, ada banyak tugas kuliah yang diterima, baik berupa tugas perorangan maupun tugas yang harus dikerjakan secara kelompok, dan tugas kelompok inilah yang jumlahnya lebih banyak.

Selain itu, dalam proses pembelajaran di ruang kuliah dosen tidak selalu menjelaskan materi dengan detail seperti guru SMA—atau bahkan guru Bimbel, dan hal tersebut menuntut mahasiswa untuk dapat memahami materi pelajaran secara mandiri. Mencari referensi sendiri, membaca sendiri, dan memahami sendiri. Padahal hal tersebut bukanlah perkara yang mudah, baik bagi mahasiswa baru yang memang butuh penyesuaian maupun bagi mahasiswa lama yang sudah berpengalaman. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, dicapailah solusi melalui belajar bersama. Dengan demikian, ada dua hal yang dapat dicapai kaitannya dengan proses akademis melalui belajar bersama: mengerjakan tugas dan memahami materi.

Namun demikian, kenyataan yang terjadi tidak sesederhana itu. Belajar bersama tidak selalu memberi solusi, dan bahkan dapat menambah masalah. Itu terjadi jika di dalam forum tersebut mahasiswa lebih banyak ngobrol dan bercanda daripada belajar dan berdiskusi, sehingga kegiatan belajar bersama menjadi hal yang sia-sia dan tidak ada faedahnya. “Kadang saya lebih memilih belajar sendiri daripada belajar bersama, apalagi jika belajar bersama itu hanya diisi dengan ngobrol dan bercanda.” Ujar Muhammad Mirza, mahasiswa jurusan Fisika Universitas Diponegoro.

Padahal, belajar bersama bukan hanya ajang kumpul dan bercanda bersama teman, tapi juga menjadi sarana efektif untuk meningkatkan pemahaman materi dan pengembangan kepribadian. Maka dari itu, dibutuhkan proses belajar bersama yang benar agar manfaat baik tersebut dapat dicapai. Belajar bersama dapat memberi manfaat berganda melalui melalui mekanisme multiplier effect jika dalam belajar itu terjadi proses give and take, saling memberi dan menerima penjelasan dari teman yang sudah paham. Sehingga yang sudah paham akan semakin paham dan yang belum akan menjadi paham.

Untuk mencapai kebaikan dari belajar bersama tersebut, setidaknya ada empat hal yang harus dipenuhi:

Pertama, niatkan hati untuk belajar bersama. Niat ini sangat penting, karena tanpa niat yang jelas kegiatan belajar bersama kemungkinan besar akan berakhir sebagai ajang ngobrol dan bercanda. Tentu saja bercanda di sela-sela waktu belajar memang dibutuhkan—asal tidak kelewat batas, terutama ketika rasa suntuk mulai datang. Namun, bercanda ini tidak perlu diniatkan dari awal, toh pada dasarnya ngobrol dan bercanda akan muncul secara alami ketika suasana belajar bersama mulai membosankan, dan itu memang dibenarkan selama tidak mewati batas.

Kedua, tetapkan dengan jelas materi apa yang akan dibahas. Ini berguna agar waktu yang digunakan untuk belajar bersama menjadi efisien dan proses belajar menjadi tepat.

Ketiga, sebelum belajar bersama masing-masing mahasiswa harus sudah mempelajari materi yang akan dibahas. Ini harus dilakukan supaya terjadi diskusi aktif selama proses belajar bersama. Jika belajar bersama dilakukan sementara semua anggota belum mempelajari materi yang akan dibahas, maka yang terjadi adalah semuanya kebingungan dan solusi tidak dapat ditemukan.

Keempat, ingat tujuan awal. Ketika forum belajar bersama ini mulai melenceng arahnya, lebih banyak bercanda daripada belajar, ingat tujuan awal kalian ketika membentuk forum itu: belajar bersama, bukan bercanda bersama.

Semoga dengan empat hal tersebut forum belajar bersama menjadi solusi yang efektif dan bermanfaat bagi semuanya. Selamat belajar bersama!

Oleh: Fajrul Falah

Diunggah di kampusundip.com

Jumat, 23 Oktober 2015

Selasa, 20 Oktober 2015

Lantai Tiga Gedung Laboratorium Fisika

Alhamdulillah, ini pertama kali saya jalan-jalan di gedung laboratorium fisika Undip. Sebenarnya sudah lama saya ingin masuk dan menelusuri setiap ruangannya, tapi belum pernah kesampaian. Ini tadi kebetulan ada kesempatan untuk bisa berjalan-jalan di gedung ini, karena si Ahlan hendak menyerahkan tugas MPF ke ruangan Pak Heri di gedung ini, dan saya ikut. Tentu saja, sebenarnya bebas untuk masuk dan melihat-lihat gedung ini, tapi kan lucu juga kalau tanpa keperluan apapun saya tiba-tiba masuk dan melihat-lihat. Hehe.
Ini foto lingkungan FSM dari lantai tiga gedung laboratorium fisika.




Sabtu, 17 Oktober 2015

The Story in The Warteg


Saya pikir semua orang yang sering makan di warteg pasti pernah mengalami hal ini, karena menurut pengalaman saya, hal ini berlaku secara universal di seluruh warteg di jagat raya.

Saya masuk warteg, memilih makanan, selesai makan kemudian membayar.
"Berapa, Bu?"
"Rp 4.500"
Saya kemudian meyodorkan uang.

Di hari yang lain saya melakukan hal yang sama. Masuk warteg, memilih makanan (menu sama seperti kemarin), selesai makan kemudian membayar.
(Kebetulan penjaganya ganti)
"Berapa, Mas?"
"Rp 7.000"
Berhubung saya sedang tidak punya banyak waktu untuk mempertayakan nominal harga itu, saya langsung membayar.

Besoknya lagi saya mengulanginya. Memilih menu makanan yang sama. (penjaganya ganti lagi)
"Berapa, Mbak?"
"Rp 4.500"

Huh..
This is my story in the warteg, dan saya memperoleh kesimpulan bahwa "Harga makanan di warteg bukanlah sesuatu yang rigid, ia dapat berubah sesuai keinginan penjaganya."


Jumat, 16 Oktober 2015

Selasa, 13 Oktober 2015

Jeruk Menjadi Coklat


Foto di atas adalah foto sebuah jeruk, yang saya temukan di kolong meja pas bersih-bersih kamar kali ini. Warnanya sudah coklat, sama sekali idak mencerminkan warna sebuah jeruk.
Saya jadi ingat, itu adalah jeruk yang saya dapatkan ketika Mbah Kos mengadakan acara bersama mendoakan salah satu anaknya yang meninggal. Hm.. itu sudah sekitar satu bulan yang lalu.
Sudah lama ternyata..
waktu berlalu begitu cepat.

Jumat, 09 Oktober 2015

Rekor Sementara

Ini menjadi rekor sementara jam pulang saya dari kampus, menjadi waktu terlarut saya pulang, yaitu 20.45 WIB. Ini hanya rekor sementara, dan rekor yang biasa-biasa saja (karena banyak yang pulang lebih larut daripada saya).
Tapi tidak apalah, ini rekor pribadi, yang mungkin akan terpecahkan beberapa bulan lagi.

Selasa, 06 Oktober 2015

Nasehat Untuk Anak Rantau

Dapat nasehat baik (secara tidak langsung) dari Mas Rif'an Herriyadi di akun facebooknya. Berikut saya salin tulisannya di facebook, semoga bisa diambil manfaatnya (terutama untuk anak rantau):

***
Keluar dari pintu gerbang UB (Universitas Brawijaya) yg di daerah perkampungan kerto2. Ada Om-om badan besar dengan motor Vario turun dan menyilangkan motornya di tengah jalan. Menghampiriku, aku kira mau merampok. Tapi masa merampok kok di daerah ramai seperti ini.
Tanpa berkata apa-apa, orang tersebut langsung melayangkan tinjunya di mukaku. Alhamdulillah, gerakannya mudah dibaca, sehingga saya bisa menangkisnya. Namun kaca sepion saya patah karena tinju yang meleset itu.
Setelah itu orang tersebut memaki-maki saya, yang kurang lebih mungkin gara-gara suara knalpot motor saya. Karena tadi hanya di kecepatan di bawah 20 km/jam, saya rasa saya tidak ugal-ugalan. In addition, jalan kerto yang sempit dan ramai, tidak mungkin saya berkendara dengan kecepatan tinggi. Karena saya yang bersalah, maka saya minta maaf sama orang tsb.
Dari sini saya semakin sadar. Keberadaan saya dan teman-teman puluhan ribu mahasiswa rantauan belum tentu diterima dengan welcome oleh masyarakat. Walaupun mungkin sebagian besar masyarakat senang dengan keberadaan kita untuk alasan-alasan tertentu.
Coba kita pikir, setiap tahun tingkat kemacetan di sini semakin bertambah. Terutama setelah penerimaan mahasiswa baru. Yang pasti polusi, sampah, dan kepadatan penduduk semakin meningkat juga.
Positif thinking-nya, kalau bisa kita berkontribusi lah untuk warga. Kita kan cuma menumpang, masa hanya merepotkan tuan rumah saja. Ya minimal tidak membuang sampah sembarangan. Tidak ugal-ugalan di kota orang.
***

Sepertinya hal itu benar, selain konteks menumbuhkan ekonomi (baca: menambah penghasilan) masyarakat melalui toko-toko, warung makan, dan lain sebagainya, manfaat seorang mahasiswa masih belum terasa. Yang ada, si mahasiswa hanya menambah sampah, kemacetan, dan polusi di lingkungan masyarakat. (Atau mungkin ini hanya perasaaan saya saja?)

Kerangka Berpikir Waktu dan Tingkat Keramaian

"Nanti kita kumpul pukul 13.00 di halaman gedung pojok ya..." kata Mas Komandan di Line.
Begitu waktu menunjukkan pukul 13.00 dan masih belum banyak yang datang, Mas Komandan mengingatkan. "Ayo guys, cepet dateng.. udah pukul 13.00 nih."
Beberapa orang kemudian datang, tetapi tetap saja lebih banyak yang belum datang. 
Sudah pukul 14.00, dan yang datang belum ada 50%.
"Guys, udah pukul 14.00 nih... yang dateng belum ada 50%. Cepetan dateng dong.." Mas Komandan mengingatkan lagi di chat grup Line.
Lalu, salah satu orang menjawab chat dari Mas Komandan itu:
"Di sana udah rame belum?"

***
Nah, di sini saya bener-bener pengen nggeledak. Sudah tahu diminta berkumpul pukul 13.00, eh pukul 14.00 dia belum dateng, dan malah mempermasalahkan tingkat ke-rame-an dari kumpulan itu.
Kalo misalnya chat itu dijawab "Udah rame,"  sambil nyertain foto orang-orang yang sudah datang, maka dia akan datang segera.
Namun jika dijawab "Belum" atau tidak dijawab, ia akan santai-santai (padahal udah telat 1 jam), atau males dateng, atau mungkin ia tidak akan hadir ke kumpulan itu.
Padahal kan sudah ditentukan kalo patokan datangnya itu waktu, yaitu pukul 13.00, bukan tingkat keramaian majlis itu. Soalnya kalau patokannya tingkat keramaian majlis itu, menurut hemat saya, kayaknya kumpul itu jadi hal yang impossible, hil yang mustahal! Iya, kan? Kalo semua orangnya pengen kumpulan itu rame dulu baru dia datang, ya gak mungkin lah kumpulan itu dapat terlaksana.

Kalau ditarik analogi (yang lebih masif) itu seperti ini: Misalnya semua orang punya pemikiran kalau ia akan pergi ke masjid (sholat jamaah) ketika masjid sudah ramai, ada banyak orang. Maka, karena semua orang tidak akan datang sebelum masjid ramai, sementara tidak ada yang membuat ramai, pada akhirnya semua orang itu tidak jadi sholat jamaah di masjid, dan masjid akan menjadi tempat paling sepi di dunia.
Atau dalam konteks yang lebih pas untuk mahasiswa, sebagai agent of change, jika kerangka berpikir menunggu keramaian itu diterus-teruskan, tertanam dalam di pikiran mahasiswa, maka sampai kapan pun imposibel negara ini mengalami big changes menuju arah yang lebih baik.
Maka dari itu, besok datang tepat waktu ya!


Biarlah omong kosong ini mengambang ke mana-mana, siapa tahu ada yang mengambil manfaat dari tulisan kosong ini.

Jumat, 02 Oktober 2015

Menulis Positif


Semakin kesini saya semakin menyadari kalau menulis hal-hal buruk, kritik, (kebencian), dan sejenisnya dalam banyak kasus ternyata tidak mempunyai manfaat sama sekali, dan sebaliknya ia justru memberi banyak madharat.
Dunia ini sudah terlalu sumpek untuk diisi dengan tulisan-tulisan negatif: tulisan yang memicu kebencian, keputusasaan, dan hal negatif lainnya. Karena itu, dunia ini butuh tulisan positif, tulisan yang dapat memberi semangat positif dalam hidup dan membawa manfaat baik bagi pembacanya.
Maka dari itu, sedikit demi sedikit saya berusaha untuk menulis hal-hal positif di blog ini, tidak seperti dahulu dimana saya sering menulis hal-hal negatif yang memicu kebencian. 
Semoga tulisan-tulisan di blog ini dapat memberi semangat positif bagi para pembaca. 

Terima kasih untuk teman-teman yang telah memberi masukan bagi saya untuk memperbaiki blog ini.

Kamis, 01 Oktober 2015

Belajar Bisa Dari Mana Saja

Belajar bukan melulu tentang mempelajari materi-materi pelajaran yang ada di kurikulum. Belajar juga bukan melulu tentang membahas teori-teori berat dari cabang ilmu pengetahuan.
Belajar bisa apa saja. Belajar bisa di mana dan kapan saja, benar-benar kapan dan di mana saja. Bahkan ketika di ruang kuliah dosen mengajar dengan tidak asik, slide presentasi yang bikin males, posisi duduk yang tidak nyaman, ruangan panas, dan lain sebagainya, tetap ada banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik. Beberapa di antaranya:

1. Melatih Fokus


Dengan semua kondisi yang ada (kondisi yang tidak kondusif), dibutuhkan fokus yang tinggi untuk tetap memperhatikan guru dan memperhatikan materi pelajaran, agar konsentrasi kita tidak gampang teralihkan untuk sekedar ngobrol sama teman.

2. Melawan Ngantuk


Semua kondisi yang ada memang menggiring kita menuju ambang kengantukan, namun kita juga tahu kalau tidak sopan untuk tidur dan meninggalkan dosen mengajar tanpa ada yang mendengarkan (apalagi buat yang duduknya di depan). Maka dari itu, kondisi yang sedemikian itu dapat melatih kita untuk melatih diri dalam melawan rasa ngantuk.

3. Menghormati Guru


Ini bagian yang sangat penting. Hubungan antara guru dan murid (dosen dan mahasiswa) harusnya bukan sekedar hubungan normatif dalam transfer ilmu. Lebih dari itu seorang murid harus menghormati guru, karena salah satu aspek penting untuk mendapatkan barokah ilmu (ilmu yang bermanfaat) adalah menghormati guru. Sehingga ketika guru menerangkan sesuatu, sudah sepatutnya seorang murid menyimak dengan seksama, bagaimanapun kondisi yang ada. Dan suasana tidak kondusif tersebut dapat menjadi latihan dan tolak ukur apakah kita telah benar-benar menghormati guru atau tidak.