Selasa, 29 Desember 2015

Learning How To Learn #1


Sebagaimana semua keterampilan lainnya, belajar pada dasarnya sama. Belajar merupakan salah satu bentuk keterampilan yang membutuhkan skill untuk meningkatkan efektivitasnya.
Bedanya, jika keterampilan umum hasil efektifnya dapat dilihat secara fisik, maka belajar tidak. Efektivitas belajar dilihat dari tingkat retensi yang didapat setelah proses belajar. Retensi sendiri merupakan istilah lain untuk tingkat pemahaman. Jika setelah belajar sesuatu hanya ada 15% yang menetap di otak, maka tingkat retensinya adalah 15%. Semakin tinggi tingkat retensi berarti semakin baik/efektif proses belajar yang dilakukan.
Kabar baiknya, tingkat retensi dapat ditingkatkan. Dengan mengerti (dan melaksanakan) cara belajar yang benar, maka tingkat retensi dapat meningkat. Yang semula hanya 15% menjadi 85% (atau bahkan 100%). Jika tingkat retensi mencapai 85%, atau dengan kata lain hampir semua yang kita pelajari kita pahami dan menetap dalam otak, yakinlah, belajar merupakan salah satu hal terasik yang akan kita jalani.

Tapi, bagaimana caranya?

Untungnya telah ada banyak (sekali) penelitian yang membahas tentang hal ini, tentang learning how to learn, maka kita bisa memilah langkahnya dengan mudah.

Paham Kegunaan Belajar

Hal pertama dan hal terpenting yang harus dilakukan dalam langkah learning how to learn adalah paham kegunaan dari belajar. Di sini harus dipahami manfaat dari mempelajari sesuatu. Misalkan kita memperlajari fisika, maka agar belajar menjadi efektif kita harus mengetahui manfaat dari mempelajari fisika.
Manfaat ada yang langsung dan ada yang tidak langsung. Untuk manfaat langsung, dalam konteks belajar fisika maka harus dipahami bahwa (misal) dengan belajar tentang listrik kita dapat memahami prinsip dasar alat-alat elektronik yang ada di sekitar kita. Dan jika ternyata ada sedikit kerusakan pada rangkaian elektronik tersebut kita dapat memperbaikinya. Belajar sejarah tentang kemerdekaan, manfaat langsungnya kita dapat mengetahui dengan benar proses tercapainya kemerdekaan Indonesia, paham pahit-getir yang terjadi selama prakemerdekaan. Sehingga ketika hari kemerdekaan Indonesia diperingati, kita tidak sekedar berucap “Merdeka!” tanpa pemaknaan di balik kata itu, juga tidak sekedar mengikuti upacara tanpa ada esensinya. Sebaliknya, kita memperingati seluruh suka-duka kemerdekaan dengan sebenar-benarnya. Masih banyak lagi lainnya.


Selanjutnya manfaat tidak langsung. Belajar apapun selama dilakukan dengan benar pasti akan memberi manfaat positif, dan seringkali manfaat tersebut tercapai secara tidak langsung. Ini yang sering didengungkan oleh guru saya selama sekolah: “Integral dan limit, pada dasarnya tidak digunakan secara praktis di kehidupan nyata! Tetapi integral, limit, trigonometri, atau apapun itu yang kamu pelajari di matematika akan membentuk pola pikir kamu di kehidupan nyata. Membantu dalam melihat permasalahan dan menyelesaikannya. Membantu dalam mencapai solusi terbaik dalam waktu sesingkat-singkatnya.” Demikianlah, belajar yang benar dapat membentuk pola pikir, yang akan selalu kita bawa ke manapun kita berada.
Selain itu, manfaat tidak langsung dari belajar adalah dapat meningkatkan kecerdasan. Hal ini seperti yang telah saya sampaikan di awal, bahwa dengan melaksanakan belajar yang benar maka tingkat retensi dapat meningkat. Dengan demikian mayoritas yang kita pelajari dapat kita pahami, atau dengan kata lain kita menjadi cerdas. Kecerdasan dapat menggiring kita untuk memiliki pengetahuan yang luas, percayalah, menjadi orang berpengetahuan luas itu sangat mengasikkan. Diajak ngobrol ke Timur nyambung, diajak ngobrol ke Barat nyambung, dan semacamnya.
Dan yang terakhir, di samping semua manfaat itu, belajar yang benar dapat membantu kita untuk mencapai kepuasan batin yang lebih hakiki, merasakan ladzat-nya ilmu pengetahuan, dan kecanduan terhadapnya.


0 komentar:

Posting Komentar