Senin, 03 Agustus 2015

Undip Bukanlah Pilihan


Halo bro, ini catatan pertama saya di blog Undip Strip ini. Saya bakal cerita soal bagaimana saya bisa nyasar di Undip. Sebelumnya saya udah nyinggung ini di prolog sih, tapi si dianya nggak ngerasa, jadi saya mau jelasin dia secara panjang kali lebar kali tinggi (kayak volume balok) di sini aja.

***

Undip? Aih, makanan apa itu. Seumur-umur, meski saya tahu nama itu, saya tidak pernah sekali pun secara sengaja menyebutnya (kayaknya), dan tidak pernah sekali pun tertarik dengannya. Dulu, saya berpikir kalo saya bakal kuliah di Jepang (serius nih, pas masih MTs saya ngimpi besok bakal kuliah di Jepang), terus pas udah MA saya pengen kuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika. Tapi pikiran itu menghilang gitu aja ketika saya naik kelas dan semakin tua—dewasa.
Saya pernah kepikiran pengen kuliah di Surya University, itu.. universitas buatannya Yohanes Surya (secara dong, saya kan anak Fisika), pernah kepikiran bakal kuliah di UI atau ITB, tapi pada akhirnya saya tidak memilih itu semua. Pilihan saya justru berbalik arah. Kalau selama ini saya berpikir ke arah barat, pada akhirnya saya menoleh ke arah Timur, dan pilihan saya jatuh di ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember—yang sering diplesetkan jadi it’s no). Saya menuliskannya pada pilihan pertama SNMPTN: Jurusan Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Yakin? Ah, ya nggak lah. Gimana mau yakin, alumni MA saya udah lebih dari 4 tahun nggak ada yang kuliah ke ITS lagi—sedangkan penilaian SNMPTN sangat memperhatikan alumni sekolah yang ngelanjutin di universitas tsb. Tapi bagaimanapun juga saya berharap banget buat bisa masuk ke sana.
Sebagai cadangan kalau saya nggak lulus, saya terpaksa banget milih salah satu universitas di Jawa Tengah (aturan SNMPTN, kalo milih dua univ salah satu atau keduanya harus berada di provinsi sekolah asal) sebagai cadangan. Dan berdasarkan riset singkat ala Simbah Gugel, kayaknya Universitas Diponegoro—yang katanya terbaik—layak untuk saya jadikan cadangan, jaga-jaga kalau saya nggak masuk di ITS. Toh, alumni MA saya tiap tahun banyak yang ke Undip kok, jadi harapan saya untuk bisa masuk Undip cukup besar.

So, Undip bukanlah pilihan saya. Saya memilih ITS, sedangkan Undip cuma saya jadiin cadangan. Toh sebenernya saya juga ragu dengan kualitas Undip, nggak peduli kalo Simbah gugel bilang Undip adalah salah satu yang terbaik di Indonesia. Ya, saya ragu banget, seperti yang saya tulis di catatan berikutnya

0 komentar:

Posting Komentar